KATA PENGANTAR
Puji
syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SYI’AH ISMA’ILIYAH/SYI’AH SAB’AH” ini sesuai waktu yang telah ditentukan.
Ucapan
terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan kepada semua pihak, dosen
pembimbing, teman-teman, dan keluarga yang langsung maupun tidak langsung telah
memberikan semangat yang tak terhingga yang mampu menyelesaikan tugas mata
kuliah “Ilmu Kalam” sehingga kami
dapat memenuhi tugas dengan baik dan benar.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami meminta maaf
apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan tugas ini, saran dan
kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan guna untuk perbaikan pada tugas berikutnya.
Akhirnya,
kami hanya berharap agar tugas ini dapat membangun kami untuk membuat tugas
yang lebih baik lagi. Di samping itu kami sangat berharap semoga dengan adanya
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, Amin.
Jember, 7 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan ........................................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Asal-usul Syi’ah isma’iliyah........................................................... 3
B. Doktrin-doktrin Syi’ah Isma’iliyah................................................ 4
C. Ajaran Syi’ah Isma’iliyah............................................................... 5
BAB III PENUTUP......................................................................................... 7
A. Kesimpulan..................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 8
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Semakin majunya zaman semakin banyak
pula tantangan zaman yang menghantam keteguhan Islam, seiring dengan hal
tersebut membuat semakin banyak aliaran yang menamakan dirinya Islam tetapi
tidak sesuai dengan ajaran Ahli sunnah
wal jama’ah, bagi orang yang tidak mengetahuinya akan gampang sekali
terkecoh, agar kita tidak gampang terjerumus dalam ajaran yang sesat seyogyanya
kita harus mengkaji ajaran-ajaran tersebut secara mendetail baik
ajarannya,doktrin-doktrinya,dan seluk-beluk keimanannya.
Penulis akan menjelaskan tentang
salah satu ajaran yang sangat berkembang pada zaman Dinasti Fatimiyah yaitu
Syi’ah Isma’iliyah, penulis juga akan menjelaskan perbedaan Isma’iliyah dengan
sekte Syi’ah lainnya, kenapa Isma’iliyah terpecah dari Syi’ah Imamah,dan
doktrin-doktrin apa saja yang telah diungkapkan.
Syi’ah Isma’iliyah adalah sekte
Syi’ah yang ekstrem dalam menfonis tentang kemaksuman para Imamnya, sehingga
membuat perbedaan yang sangat besar dalam area Syi’ah, tetapi mski pun terdapat
banyak perbedaan tetep saja Isma’iliyah adalah sakte yamg sama dengan sekte
Syi’ah lainnya yaitu sama-sama mengagungkan para Imamnya. Selebihnya penulis
akan menjelaskannya dalam makalah ini.
B.
Rumusan
masalah
·
Bagaimana asal-usul Syi’ah Isma’iliyah
?
·
Apa saja doktrin-doktrin dari
Syi’ah Isma’iliyah ?
·
Apa saja ajaran lain dari Syi’ah
Isma’iliyah ?
·
Apa pendapat Syi’ah Isma’iliyah
tentang sifat-sifat Allah ?
C.
Tujuan
·
Untuk mengetahui asal-usul dari
Syi’ah Isma’iliyah.
·
Untuk mengetahui doktrin-doktrin
Syi’ah Isma’iliyah.
·
Untuk mengetahui ajaran lain dari
Syi’ah Isma’iliyah.
·
Untuk mengetahui pendapat Syi’ah
Isma’iliyah tentang sifat-sifat Allah.
·
Memenuhi tugas makalah mata
kuliah Ilmu Kalam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ASAL-USUL SYI’AH ISMA’ILIYAH
Syi’ah Isma’iliyah atau Syi’ah Sab’iyah
adalah perpecahan dari Syi’ah Imamiyah yang meyakini bahwa NABI MUHAMMAD telah
menunjuk Syayyidina Ali sebagai Imam penggantinya dengan penunjukan yang jelas
dan tegas. Oleh karena itu, mereka tidak mengakui keabsahan kepemimpinan
Syayyidina Abu Bakar,Umar,dan Utsman. Bagi mereka persoalan imamah adalah salah satu persoalan pokok
dalam agama atau usuluddin.Syi’ah Imamiyah
terpecah menjadi beberapa golongan yang terbesar adalah Syi’ah Itsna Asyariah
atau Syi’ah Dua belas dan Syi’ah Isma’iliyah atau Sab’iyah(Syi’ah tujuh).
Istilah Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah Tujuh) dianalogikan dengan Syi’ah Itsna
Asyariyah. Istilah ini memberikan pengertian bahwa sekte Syi’ah yang ini anya
mengakui tujuh Imam. Tujuh Imam itu adalah Syayyidina Ali,Syayyidina
Hasan,Syayyidina Husain,Ali Zainal Abidin,Muhammad Al Baqir,Ja’far
Ash-syiddiq,dan Isma’il bin Ja’far Ash-syiddiq,oleh
karena itu sekte ini di namakan Syi’ah
Isma’iliyah.
Berbeda dengan Syi’ah Sab’iyah,Syi’ah
Itsna Asyariah membatalkan Isma’il bin
Ja’far sebagai Imam ketujuh karena di samping Isma’il berkelakuan tidak terpuji
juga kerena dia wafat (143 H/760 H) mendahului ayahnya,Ja’far(W 765). Dan
sebagai pengganti Isma’il di angkat lah Musa AL-Khadzim,adik Isma’il. Sedangkan
Syi,ah Sab’iyah menolak pembatalan di atas berdasarkan sistem pengangkatan Imam
dalam Syi’ah dan menganggap Isma’il tetap sebagai imam yang ketujuh dan
seeninggalnya diganti oleh putranya yang tertua,Muhammad bin Isma’il. Muhammad
bin Isma’il lebih di kenal dengan sebutan Muhammad Al-Maktum(yang bersembunyi).
Golongan Syi’ah Isma’ilyah berpendapat
selama Imam belum mempunyai kekuatan yang cukup untuk mendirikan kekuasaan ,
maka Imam tersebut perlu menyembunyikan diri, baru setelah merasa cukup kuat ia
akan keluar dari persembunyiannya itu. Selama masa persembunyiannya itu sang
Imam memerintahkan utusan-utusannya untuk menggalang kekuatan. Oleh karena itu
,beberapa Imam setelah Muhammad Al-Maktum selalu menyembunyikan diri sampai
masa Abdullah Al-Mahdi yang kemudian berhasil mendirikan dan menjadi khalifah
pertama Diinasti Fatimiyah di Mesir.
Sebagian dari sekte ini percaya bahwa
sebenarnya Isma’il bin Ja’far tidak meninggal dunia, melaikan hanya ghaib dan
akan kembali lagi ke dunia nyata pada akhir zaman. Mereka di sebut As-sab’iyah
atau golongan yang percaya pada tujuh Imam. Untuk sekte ini Imam terakhir
adalah Imam Isma’il bin Ja’far. Golongan Isma’iliyah sampai saat ini masih ada,
namun jumlah mereka sangatlah sedikit. Pengikut sekte ini yang banyak terdapat
di India. Salah seorang Imam Syi’ah Isma’iliyah di wilaywh tersebut di kenal
dengan nama Aga Khan
B.
DOKRIN IMAMAH DALAM PANDANGAN SYI’AH ISMA’ILIYAH
Para pengikut Syi’ah Isma’iliyah/Sab’iyah
percaya bahwa islam dibangun oleh tujuh pilar, sepertiyang di jelaskan Al-Qadhi
An-Nu’man dalam Dam’ain Al-Islam. tujuh
pilar tersebut adalah :
1.
Imam
2.
Taharah
3.
Shalat
4.
Zakat
5.
Saum(puasa)
6.
Menunaikan haji
7.
Jihad
Berkaitan dengan pilar(rukun)
pertama,yaitu ImamQadhi An-Nu’man(974 M) memerincinya sebagai berikut : iman
kepada ALLAH, iman kepada syurga, iman kepada neraka, iman kepada hari
kebangkitan,iman kepada hari pengadilan, iman kepada Nabi dan Rosul, iman kepada
Imam, percaya, mengetahui, dan membenarkan Imam zaman.
Dalam pandangan kelompok Syi’ah Isma’iliyah/Sab’iyah,
keimanan hanya bisa diterima apabila sesuai dengan keyakinan mereka yaitu
melalui walayah (kesetiaan) kepada
imam zaman. Imam adalah seseorang yyang menuntun pada pengetahuan (ma’rifat)
dan dengan pengetahuan tersebut seorang muslim akan menjadi mukmin yang
sebenar-benarnya. Untuk itu, mereka berargumen bahwa manusia akan memasuki
kehidupan spiritual, kehidupan formal-material sebagai individu dan kehidupan
sosial yang semuanya memerlukan aturan. Manusia tidak dapat melalui kehidupan
itu, kecuali dengan bimbingannya(Imam). Bimbingan tersebut meliputi
kepemimpinan dan pembaharuan kehidupan, pengetahuan, aturan-aturan, dan
bimbingan pemerintahan yang semuanya harus berdasarkan Islam. Pribadi yang
dapat melakukan bimbingan seperti itu adalah pribadi yang di tunjuk oleh Allah
dan Rosul-Nya. Rosul pun menunjukkan atas perintah Allah. Penunjukan Imam
adalah melalui wasiat.
Syarat-syarat seorang imam dalam
pandangan Syi’ah Isma’iliyah adalah sebagai berikut :
a)
Imam harus dari keturunan
Syayyidina Ali melalui perkawinannya dengan Siti Fatima Az-Zahra yang kemudian
di kenal dengan Ahlul bait.
Berbeda dengan aliran Khaisaniyah, pengikut Mukhtar
Ats-Tsaqafi yang mempropagandakan bahwa keimaman harus dari keturunan
Alimelalui pernikahannya dengan seorang wanita dari Bani Hanifah dan mempunyai
anak yang bernama Muhammad bin Al-Hanafiyah.
b)
Imam harus berdasarkan penunjukan
atau nash. Syi’ah Isma’iliyah meyakini bahwa setelah Nabi wafat, Ali menjadi
Imam berdasarkan penunjukan khusus yang dilakukan Nabi sebelum wafat. Suksesi
keimaman menurut doktrin dan tradisi Syi’ah harus berdasarkan nash Imam
terdahulu.
c)
Keimaman jatuh pada anak tertua.
Syi’ah Isma’iliyah menggariskan bahwa seorang Imam memperoleh keimaman dengan
jalan wiratsah(heredity) dan
seharusnya merupakan anak paling tua. Jadi, ayahnya yang menjadi Imam menunjuk
anaknya yang paling tua.
d)
Imam harus maksum. Sebagaimana
sekte Syi’ah lainnya, Syi’ah Isma’iliyah menggariskan bahwa seorang Imam harus
terjaga dari salah satu dosa. Bahkan, lebih dari itu, Syi’ah Isma’iliyah
berpendapat bahwa jika Imam melakukan salah perpuatan itu tidak salah.
Keharusan maksum bagi Imam dapat ditelusuri dengan pendekatan sejarah. Pada
sejarah Iran pra-Islam terdapat ajaran yang menyatakan bahwa raja merupakan
Tuhan, atau raja adalah penguasa yang mendapatkan tetesan ilahi (Devine Grace) dan dalam bahasa persia adalah farr-Izadi. Oleh karena itu, seorang
raja harus maksum.
e)
Imam harus dijabat oleh seorang
yang paling baik (best of men).
Berbeda dengan Zaidiyah, Syi’ah Isma’iliyah dan Syi’ah Itsna Asyariyah tidak
membolehkan adanya Imam mafdhul. Dalam
pandangan Syi’ah Isma’iliyah perbuatan dan ucapan Imam tidak boleh bertentengan
dengan syari’at. Seorang imam hampir sama sifat dan kekuasaannya dengan Nabi,
perbedaannya terletak pada kenyataan bahwa Nabi mendapatkan wahyu, sedangkan
Imam tidak mendapatkannya.
f)
Syi’ah Isma’iliyah berpendapat
bahwa seorang Imam harus mempunyai pengetahuan (ilmu) dan pengetahuan walayah. Pengetahuan yang dimaksud
adalah: pertama, seorang Imam
harus mempunyai pengetahuan (ilmu), baik ilmu lahir (eksotris) maupun ilmu
batin (esoterik). Dengan ilmu tersebut , seorang Imam mengetahui hal-hal yang
tidak dapat diketahui orang biasa. Apa yang salah dalam pandangan manusia
biasa, tidak harus salah dalam pandangan Imam. Kedua,seorang Imam harus mempunyai sifat walayah, yaitu kemampuan esoterik untuk menuntun manusia ke dalam
rahasia-rahasia Tuhan.
Doktrin tentang Imam menempati posisi
sentral dalam Syi’ah Isma’liyah. Keputusan dan pengabdian kepada Imam dipandang
sebagai prinsip dalam menerima ajaran suci Imam. Isma’iliyah, seperti sekte
lainnya, memiliki cita-cita tentang pemahaman dan penerapan Islam dalam
keseluruhan totalitasnya agar umat diperintahkan oleh kehendak Tuhan, bukan
oleh kehendak manusia yang tidak menentu. Melalui keturunan Ali yang mendapat
petunjuk Tuhan, cita-cita di atas dapat tercapai. Tampaknya, keimaman Syi’ah
Isma’iliyah terpengaruh oleh filsafat
Neo-Platonisme, terutama teori emanasi-nya.
Hakikat emanasi adalah korespondensi
Tuhan dengan manusia. Menurut Isma’iliyah, Imam itu mendapat tetesan Ilahi(Devine Grace). Ucapan seorang Imam
sepenuhnya merupakan nash syara’ dan wajib dilaksanakan.
Sepeninggal
Isma’il (Imam ketujuh Syi’ah Isma’iliyah), imam-imam selanjutnya merupakan Imam
yang tersembunyi sampai berdirinya daulah Fatimiyah (909 M). Tersembunyinya
Imam tidak menghalanginya untuk menjadi Imam,dan ia tetap harus dipatuhi.
Isma’iliyah berbeda dengan Itsna Asyariyah yang meyakini adanya Imam Al-Mahdi
Al-Muntadzir, berkeyakinan bahwa di bumi akan selalu ada imam. Hanya saja Imam
adakalanya tersembunyi (batin) dan adakalanya menampakkan diri(dzahir). Ketika
Imam bersembunyi maka para DA’I(pelaksana/utusan)nya harus dzahir/tampak,
sebaliknya, apabila Imamnya dzahir maka para DA’Inya harus tersembunyi.
Isma’iliyah meyakini bilangan tujuh, dan jga mereka percaya bahwa Nabi
mempunyai tujuh pelaksana/utusan.
C.
AJARAN SYI’AH ISMA’ILIYAH LAINNYA
Ajaran-ajaran Syi’ah Isma’iliyah
yang lain pada dasarnya sama dengan ajaran sekte-sekte Syi’ah lainnya.
Perbedaannya terletak pada konsep kemaksuman
Imam, adanya aspek batin pada setiap yang lahir dan penolakannya terhadap
Al-Mahdi Al-Muntadzar. Apabila dibandingkan dengan sekte Syi’ah lainnya,
isma’iliyah sangat ekstrim ketika menjelaskan kemaksuman Imam. Sebagaimana
telah dijelaskan, Isma’iliyah berpendapat bahwa walau terlihat melakukan
kesalahan dan menyimapang dari syari’at, seorang Imam tidaklah menyimpang
karena mempunyai pengetahuan yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Konsep kemaksuman
Imam seperti itu merupakan konsekuensi logis dari dokrin Isma’iliyah tentang
pengetauan Imam akan ilmu batin.
Ada satu sekte dalam Isma’iliyah
yang berpendapat bahwa Tuhan mengambil tempat dalam diri Imam. Oleh karena itu,
Imam harus di sembah. Salah seorang kholifah Dinasti Fatimiyah, Al- Hakim bin
Amrillah (1.375 H), berkeyakinan bahwa dalam dirinya terdapat Tuhan karena ia
memaksa rakyatnya untuk menyembahnya.
Menurut Isma’iliyah, Al-qur’an
memiliki makna batin selain makna lahir. Dikatakan bahwa segi-segi lahir atau
tersurat dari syariat itu di peruntukkan bagi orang awamyang kecerdasannya
terbatasdan tidak memiliki kesempurnaan rohani. Bagi orang-orang tertentu
mungkin terjadi perubahan dan peralihan, bahkan penolakan terhadap pelaksanaan
syariat tersebut karena mendasarkan pada yang batin tersebut. Yang dimaksud
dengan orang-orang tertentuadlah para Imam yang memiliki ilmu dzahir dan ilmu
batin.
Dengan
prinsip takwil, isma’iliyah mentakwilkan, misalnya ayat Al-qur’an tentang puasa
yang di artikan dengan menahan diri dari menyiarkan rahasia-rahasia Imam, dan
ayat Al-qur’an tentang haji di artikan dengan mengunjungi Imam. Bahkan,
sebagian mereka ada yang menggugurkan kewajiban ibadah. Mereka itu adalah
orang-orang yang mengenal Imam dan mengetehui takwil (melalui Imam).
Mengenai sifat Allah, isma’iliyah
sebagaimana halnya Mu’tazilah yaitu mereka sama-sama berpendapat meniadakan
sifat dari dzat Allah. Penetapan sifat
menurut Isma’iliyah merupakan penyerupaan dengan makhluk.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Syi’ah Isma’iliyah adalah perpecahan
dari Syi’ah Imamiyah yang memiliki persamaan dan perbedaan, persamaannya
terletak pada kepercayaan kepada para Imam dan ahlul bait, dan yang menbedakannya adalah terletak pada pengakuan
terhadap Isma’il bin Ja’far Ash-Shadiq yaitu Imam ketujuh Syi’ah Isma’iliyah,
dan Isma’liyah juga tidak percaya pada Imam AL-Mahdi Al-Muntazhar, tidak
seperti sekte Syi’ah lainnya yang percaya bahwa Al-Mahdi akan datang ketika
hari akhir. Dalam konteks pemaksuman Imam, Isma’iliyah sangat ekstem karena
meskipun Imam menyimapang dari syari’at sesungguhnya tidak menyimpang karena
Imam mempunyai ilmu batin yang tidak di miliki orang biasa dan apapun perintah
Imam adalah wajib. Dalam hal sifat-sifat Allah Isma’iliyah berpendapat sama
seperti Mu’tazilah yaitu meniadakan sifat-sifat Allah karena menurut mereka
penetapan sifat adalah penyerupaan dengan makhluk
.DAFTAR PUSTAKA
Rozak,Abdul
dan Anwar,rasihon.2012.ilmu kalam.Bandung:pustaka
setia
Penulis
sidogiri.2007.mungkinkah –Syi’ah dalam
ukhuwah.?.kraton sidogiri: pustaka sidogiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar