Jumat, 03 Juli 2015

MASYARAKAT NAHDLOTUL ULAMA

LAPORAN HASIL OBSERVASI
Masyarakat Nahdlotul Ulama
Untuk memenuhi tugas sosiologi agama yang di bimbing oleh
Bpk. Imam bonjol


Di Susun:
Muhammad Usman 084131310


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
Juli, 2015

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa yang mana berkat Rahmat dan taufik-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Observasi ini yang berjudu “Masyarakat Nahdlotul Ulama”. Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan  dalam hasil observasi ini dan saya mohon maaf karena tidak bisa menyempurnakan, kritik dan saran yang membangun akan selalu saya tunggu, karena hal tersebut akan memotifasi saya untuk menjadi lebih baik lagi. Semoga hasil observasi ini dapat bermanfaat khususnya buat saya sendiri.




Penulis

Juli, 2015 
MASYARAKAT NAHDLOTUL ULAMA
Narasumber: Ust. Holik hamzah S. Ag
Disini hasil observasi  saya mengenai organisasi yang di ikuti atau di rasa paling benar (berkenan) oleh masyarkat tepatnya di desa Sidomukti kecamatan Mayang. Masyarakat sidomukti mayoritas paham organisasi Nahdlotul Ulama yang sering di sebut dengan NU atau dengan kata lain Ahlussunnah Wal-Jamaah, secara bahasa sunnah atau hadis asal katanya adalah perkataan sesuatu yang dikatakan atau yang baru, dalam istilah sunnah adalah hal-hal yang datang dari Rosulullah, baik berupa ucapan, perbuatan maupun taqrir(sunnah qauliyah).
A. Sejarah berdirinya NU
Berangkat dari munculnya berbagai macam komite dan organisasi yang bersifat embrional. Maka setelah itu dirasaperlu membentu organisasi yang lebih mencangkup da lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiyai karena tidak tekomodir kiyai dari kalangan tradisional untuk mengikuti konversiIslam Dunia yang ada di indonesi dan timur tengah akhirnya muncullah kesepakan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlotul Ulama (kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Yang di pimpin oleh KH Hasyim Asy’ari sebagai raisy akbat
B. Dasar kepercayaan
Masyarakat Sidomukti sendiri dalam menjalankan Agama Islam itu sesuai dengan tuntunan Ahlussunnah Wal-jamaah yaitu mengimani dan mengamalkan semua yang datang dari Rosulullah SAW. NU mendasarkan faham keagamaan kepada sumber ajaran Islam Al-Qur’an, Al-Hadist, Al-Ijma’ dan Al-qiyas dalam  memahami dan menafsirkan islam. Islam menurut pandangan NU adalah agama yang fitri, yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang sudah dimiliki manusia.

C. Prinsip dalam bersikap
Masyarakat sidomukti juga memegang prisip sesuai dengan Aswaja, mengamalkan sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang berbeda, namun bukan berarti mengakui atau membenarkan  keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini.
Menurut kaum Aswaja sendiri kita dalam berpendapat maupun berbicara  harus menggunakan perkataan yang penuh belas kasih, lembut, mudah dan ramah. Hal itu dilakukan  supaya lebih menyentuh hati dan diterima dan lebih berfaidah. Karena dalam hidup ini kita harus berprinsip pada:
a. Akidah keseimbangan dalam penggunaan dalil aqli dan naqli, tidak gampang menilai salah atau menjatuhkan vonis syirik , bid’ah apalagi kafir.
b. Syari’at kita harus perpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadist dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan serta ilmiah, dapat menerima perbedaan  pendapat dalam menilai masalah yang memiliki dalil yang multi-interpretatif
c. Tasawuf/akhlak tidak mencegah bahkan menganjurkan usaha memperdalam penghayatan ajaran Islam, selama menggunakan cara-cara yang tidak bertentangan dengan prinsi-prinsip hukum Islam. Mencegah sikap berlebihan dalam menilai sesuatu dan berpedoman kepada akhlak yang luhur, misalnya sikap syaja’ah atau berani (antara penakut dan ngawur atau sembrono), sikap tawadhu’ (antara sombong dan rendah hati), dan sikap dermawan.

D. Tradisi Budaya
Dalam kehidupan masyarakat Sidomukti tidak hanya memegang teguh dasar-dasar agama Islam tetapi juga mempertahankan budaya yang telah terjalin dan diwariskan secara turun-temurun dari pendahulu mereka, tetapi semua hal itu tak semerta-merta diterima begitu saja, ada sebuah filterisasi kebudayaan yang bertujuan untuk menselaraskan budaya dengan dasar-dasar  agama Islam, sehingga budaya dan agama tidak mengalami perselisihan.
Penselarasan budaya dan agama telah berjalan sejak zaman walisongo yaitu para wali yang berjasa menyebarkan Islam ditanah jawa, dan di teruskan pada zaman penjajahan yang salah satunya adalah kyai Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlotul ulama (NU). Salah satu tradisi yang masih axis dipegang teguh di desa Sidomukti antara  lain :
1. Tahlil: pembacaan surah Yasin dan tahlil yang dilakukan ketika ada orang meninggal, ini berlangsung selama tujuh malam dari hari wafatnya seseorang.
2. Slametan 7 bulanan: acara untuk mengungkapkan rasa syukur kehamilan. Ini dilakukan ketika masa kandungan berumur 4-7 bulan yang menurut Islam disaat itu lah ruh bayi ditiupkan.
3. Maulid Nabi SAW: memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dilakukan pada tanggal 12 robi’ul awal.
4. Jenang suro: memperingati tahun baru hijriah
5. Ziarah kubur dan lain sebagainya
Tradisi yang seperti itulah yang berkembang dan menjadi karakter  masyarakat sidomukti. NU adalah adalah organisasi kkeislaman yang berakar dari akidah ahlussunnah wal jamaahnya Imam Asy’ari dan Maturidi. Teologi bercorak Asy’ariah Maturidi ini bcendrung mengakomodir tradisi yang berkembang di tengah masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar